Kamis, 27 Agustus 2015

Doa Seorang Perempuan.

(Terinspirasi dari puisi Doa oleh Chairil Anwar)

Tuhan-ku yang Maha Baik,
Sesungguhnya lama kusimpan doa ini,
Karena tak kurasa layak menghampiri,
Tuk pinta sesuatu yang mungkin bukan tuk kumiliki.

Tuhan-ku yang Maha Pengasih,
Kau ajarkanku tuk selalu mengasihi,
Tuk mengampuni sebelum ku diampuni,
Tuk memberi walaupun ku tak diberi,
Dan dalam kenistaan hidupku yang fana,
Kuberusaha melakukan semua yang Kau ajarkan,
Sebagai wujud syukur atas surga yang Kau siapkan.

Namun seringkali,
Hanya luka dan pedih yang kumiliki,
Hanya caci maki atas semua ketidaksempurnaan ini,
Hanya penghakiman atas apa yang tidak bisa kuberi,
Ini tidak adil.

Tuhan-ku yang Maha Pengampun,
Ampunilah kelancanganku,
Namun bolehkah kupinta sesuatu,
Yang mungkin bukan tercipta untukku?

Karena sesungguhnya tak layak kumeminta,
Setelah semua yang Kau beri,
Yang tak pernah dapat kuhitung banyaknya.

Tuhan-ku yang Maha Kuasa,
Kirimkanlah malaikatmu ke bumi,
Hingga kudapat sahabat terbaik,
Penopang saat ku jatuh,
Pendengar yang baik,
Dan pecinta yang tulus hati.

Selasa, 25 Agustus 2015

Tak Bisa Berkhianat Selamanya.

Kau dan aku sama,
Sama-sama manusia,
Punya hati bisa mencinta,
Punya rasa bisa terluka.

Pada masa itu,
Ketika kau berkhianat,
Tertawa lepas di ujung sana,
Aku memang sungguh terluka,
Tapi bukankah sesungguhnya,
Kau sedang terhina?
Tak punya nilai.

Karena apalah arti janji,
Bila tak bisa ditepati?
Apalah arti memiliki,
Bila tak sudi memberi?

Dan pengkhianatan,
Bukanlah pemberian terindah,
Yang dapat diperjuangkan,
Oleh seorang pecinta.

Dan kalaupun kelak kan terulang,
Mungkin tak sengaja kau terjerembab,
Yakinlah kau tak bisa berkhianat selamanya.

(- mengutip PramoedyaAnantaNoer -)

Lihatlah dan nikmati,
Aku takkan memaki,
Aku takkan mencari,
Aku takkan memberi.

Biarlah nuranimu yang kan mengejarmu,
Di mimpi terkelam yang dapat terbayang,
Dan dia kan menangkapmu di akhir nafas,
Lalu membunuhmu perlahan dalam sesal.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Jika Ini Cinta.

Jika ini cinta,
Bukankah ta seharusnya merasa lelah?
Bukankah seharusnya sepenuh tenaga bertahan?
Bukankah seharusnya penuh pengertian dan ampunan?

Ataukah ini cinta yang ta lagi membara?
Sebab tertiup angin terlalu kencang,
Hingga meredup ta lagi hangat,
Pun ta lagi bercahaya.

Jika ini cinta,
Bukankah seharusnya tenang dalam pelukan?
Mengapa terpisah amarah dan kepahitan?

Jika ini cinta,
Mengapa diam?

Jumat, 07 Agustus 2015

Ta' Peduli.

Tahukah kau?
Aku ta' bisa kau hancurkan.

Sebab hatiku ta' bisa kau temukan,
Walau pedih menikam,
Dan ucap pun sikapmu merajam,
Ta' gentar ku dibuatnya.

Mimpiku adalah jiwaku,
Jangan kau ganggu!!
Jangan kau rebut!!
Jangan pernah sekalipun!!

Hidupku bukanlah milikku,
Apalah gunanya kuharap kasihmu?
Sebab dahagaku,
Hanya bisa ditebus olehNya.

Terserah,
Apa yang telah kau duga,
Apa yang telah kau buat,
Apa yang telah kau kecam.

Sebab, walau panas meradang,
Ku kan tetap lari menerjang,
Dan biar badai menghantam,
Ku kan tetap tegar berjalan.

Terserah,
Apa yang hendak kau buat,
Kuanggap kau ta' ada.

(Memang begitu nyatanya.)

Kamis, 06 Agustus 2015

Tanpamu.

Tanpamu,
Apa arti tawaku?
Tanpamu,
Apa kan ada bahagiaku?

Meski harus kuakui,
Tanpamu,
Takkan ada tangis ini,
Tanpamu,
Tak mungkin teriris hati.

-hela-

Kau luka,
Kau cinta,
Kau pelangi,
Seusai badai.

Kau pelukan,
Kau hempasan,
Kau surga,
Dalam neraka.

Tanpamu,
Apa arti tawa dan tangisku?

Selasa, 04 Agustus 2015

Nafas Tertahan.

Bahagia adalah pilihan,
Hidup adalah pilihan,
Selalu itu yang mereka ucapkan,
Sepanjang yang kuingat.

Namun nyatanya ta' mudah,
Melalui waktu dengan senyuman,
Manakala nafas tertahan,
Sudah menjadi terlalu biasa.

Geram dan amarah,
Ta' lagi terasa perlu diungkap,
Bahkan air mata mengeras,
Jadi batu dingin di lubuk jiwa.

Hati yang beku,
Kini makin membatu,
Biru terbujur,
Bersama masa lalu.

Bila kasih terasa pedih,
Dan ampun hanya ironi,
Maka biar kutahan lagi nafas ini,
Dan nikmati hari berakhir dalam lirih.

Minggu, 02 Agustus 2015

Sudahlah.

Terkutuk diriku bila mengeluh,
Tentang duka derita,
Tanpa menghitung berkatNya.

Meski belati mengiris hati,
Dan luka ta' dapat seketika terobati,
Namun bukankah hidup memang seharusnya begini?

Melukai dan dilukai,
Menyakiti dan mengampuni,
Meninggalkan untuk ditinggalkan.

Toh, waktu ta' mungkin bisa terulang lagi,

Sudahlah,,
Jalani saja dan nikmati.

Atau mati.